Senin, 29 November 2010

DEFINISI, RUANG LINGKUP, KONSEP DASAR, DAN PERISTILAHAN DALAM GEOMORFOLOGI


Definisi Geomorfologi
Kata Geomorfologi (Geomorphology) berasal bahasa Yunani, yang terdiri dari tiga kata yaitu: Geos (erath/bumi), morphos (shape/bentuk), logos (knowledge atau ilmu pengetahuan). Berdasarkan dari kata-kata tersebut, maka pengertian gomorfologi merupakan pengetahuan tentang bentuk-bentuk permukaan bumi. Namun, Geomorfologi bukan hanya mempelajari bentuk-bentuk muka bumi, tetapi lebih dari itu mempelajari material dan proses, seperti yang dikemukakan oleh Hooke (1988) dalam Sukmantalya (1995: 1), bahwa: Geomorphologist are concerned with the form and processes of the earths surface so any activity which modifies the shape of the land, induces movement of material or alters the quantity or quality of water and drainage, is interest to them.
Berdasarkan pada pengertian Geomorfologi yang telah disitir, secara singkat dapat dijelaskan bahwa Geomorfologi membicarakan tentang bentuklahan dan proses yang terjadi di permukaan bumi termasuk pergerakan materilal, air dan drainase serta faktor lain yang memicu terjadinya proses geomorfik. Secara singkat berikut ini disajikan mengenai beberapa definisi geomorfologi yang dikemukakan oleh para ahli yaitu:
1)     Lobeck (1939: 3) menyatakan bahwa Geomorfologi adalah studi tentang bentuklahan.
2)     Cooke dan Doornkamp dalam Sutikno (1987: 3) dinyatakan bahwa geomorfologi adalah studi mengenai bentuklahan dan terutama tentang sifat alami, asal mula, proses perkembangan, dan komposisi material penyusunnya.
3)     Thornbury dalam Sutikno (1990: 2) disebutkan bahwa geomorfologi adalah ilmu pengetahuan tentang bentuklahan.
4)     Zuidam dan Concelado (1979: 3) juga menyatakan bahwa Geomorfologi adalah studi yang menguraikan bentuklahan dan proses yang mempengaruhi pembentukannya serta mengkaji hubungan timbal balik antara bentuklahan dengan proses dalam tatanan keruangannya.
5)     Verstappen (1983: 3) bentuklahan adalah menjadi sasaran Geomorfologi bukan hanya daratan tetapi juga yang terdapat di dasar laut (lautan).

Dengan demikian obyek kajian dari Geomorfologi berdasarkan definisi-definis tersebut adalah bentuklahan, bukan hanya sekedar mempelajari bentuk-bentuk yang tampak saja, tetapi juga mentafsirkan bagaimana bentuk-bentuk tersebut bisa terjadi, proses apa yang mengakibatkan pembentukan dan perubahan muka bumi. Misalnya, dalam mempelajari pegunungan, lembah-lembah atau bentukan-bentukan lain yang ada di permukaan bumi, bukan hanya mempelajari dalam arti mengamati serta mengukur bentukan-bentukan tersebut, tetapi juga mnedeskripsikan dan menganalisa bagaimana bentukan itu terjadi. Dalam hal ini kita harus berhati-hati, karena pada bentukan yang tampak sama, ada kemungkinan latar belakang pembentukan dan kejadiannya tidak sama, bahkan sangat berbeda sekali. Umpamanya suatu deretan pegunungan, mungkin terjadi karena pelipatan kulit bumi, patahan, mungkin juga karena hasil pengerjaan erosi yang demikian hebat, sehingga menimbulkan relief permukaan bumi yang bervariasi, dan penyebab lainnya.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dijelaskan bahwa Geomorfologi adalah mempelajari bentuklahan (landform), proses-proses yang menyebabkan pembentukan dan perubahan yang dialami oleh setiap bentuklahan yang dijumpai di permukaan bumi termasuk yang terdapat di dasar laut/samudera serta mencari hubungan antara bentuklahan dengan proses-proses dalam tatanan keruangan dan kaitannya dengan lingkungan. Di samping itu, juga menelaah dan mengkaji bentuklahan secara deskriptif, mempelajari cara pembentukannya, proses alamiah dan ulah manusia yang berlangsung, pengkelasan dari bentuklahan serta cara pemanfaatannya secara tepat sesuai dengan kondisi lingkungannya.
Ruang Lingkup dan Hubungannya dengan Ilmu-Ilmu Lain
Atas dasar definisi dan pengertian Geomorfologi seperti yang dikemukakan pada bagian terdahulu, maka beriktut ini disajikan tentang ruang lingkup geomorfologi serta hubungannya dengan ilmu-ilmu lain seperti dalam Gambar 1-1


Dari Gambar 1, nampak jelas bahwa fisiografi merupakan studi tentang daratan, lautan, dan atmosfir. Lautan dipelajari dalam Oseanografi, atmosfir menjadi studi Meteorologi, sedangkan daratan merupakan obyek kajian Geomorfologi. Dengan demikian jelaslah studi Geomorfologi merupakan salah satu cabang dari Fisiografi yaitu tentang daratan yang menitik beratkan pada bentuklahan penyusun konfigurasi permukaan bumi.
Berbicara mengenai hubungan antara Geomorfologi dengan Geologi W.M. Davis dalam Sudardja (1977: 4) menggunakan istilah geomorphogeny dan geomorphography, karena adanya perbedaan penekanan dalam mempelajarinya. Dimana, geomorphogeny tekanan dalam mempelajarinya mengutamakan bentuk-bentuk muka bumi masa lampau, yang erat hubungannya dengan geologi, sedangkan geomorphography lebih menekankan mempelajari bentuk-bentuk muka bumi yada ada pada masa sekarang, sehingga hubunganya dengan geografi sangat erat. Obyek kajian Geomorfologi seperti yang tersurat dalam definisi-definisi yang dikemukakan pada bagian terdahulu adalah bentuklahan. Zakrezewska dalam Sutikno (1990: 2), mengatakan bahwa Geomorfologi itu mencakaup aspek lingkungan dan aspek spasial/keruangan termasuk ke dalam aliran geomorfologi-geografis. Aliran Geomorfologi yang lain adalah geomorfologi-geologis. Geomorfologi-geografis cakupannya terletak pada penterapan konsep trilogi proses, meterial, dan morfologi, sedangkan dalam aliran geomorfologi-geologis menggunakan cakupannya terletak pada penterapan konsep bahwa aspek dari semua bentuklahan ditentukan oleh struktur, proses, dan stadium (Sutikno, 1990: 4). Dengan demikian aspek dari bentuklahan yang mendapat sorotan meliputi morfografi, morfometri, proses-proses geomorfologi, morfogenesis, morfokronologi serta mempelajari ekologi bentang lahannya yang tersusun atas batuan, bentuklahan, tanah, vegetasi, penggunaan lahan, dan lain-lain. Dengan demikian bahwa dalam mempelajari Geomorfologi terkait pada geologi, fisiografi, dan proses geomorfologi yang menjadi faktor yang tidak dapat diabaikan dalam perubahan bentuklahan.
Atas dasar keterangan yang telah diuraikan di atas, maka berikut ini disajikan mengenai hubungan antara geologi, fisiografi, dan proses geomorfologi. Adapun hubungan tersebut dapat dilihat pada Gambar 2 pada halaman berikut.
Konsep Dasar Geomorfologi
Dalam mempelajari geomorfologi secara baik diperlukan secara baik dasar pengetahuan yang baik dalam bidang klimatologi, geografi, geologi serta sebagian ilmu fisika dan kimia yang mana berkaitan erat dengan proses dan pembentukan muka bumi. Secara garis besar proses pembentukan muka bumi menganut azas berkelanjutan dalam bentuk daur geomorfik (geomorphic cycles), yang meliputi pembentukan daratan oleh tenaga dari dalam bumi (endogen), proses penghancuran/pelapukan karena pengaruh luar atau tenaga eksogen, proses pengendapan dari hasil pengahncuran muka bumi (agradasi), dan kembali terangkat karena tenaga endogen, demikian seterusnya merupakan siklus geomorfologi yang ada dalam sekala waktu sangat lama. Gambar 2. Hubungan antara geologi, fisiografi, dan proses geomorfologi (Suparpto, 1997: 3)




  Gambar 2. Hubungan antara geologi, fisiografi, dan proses geomorfologi (Suparpto, 1997: 3)
Sehubungan dengan gambar/diagram di atas, maka dalam mempelajari proses geomorfologi yang terjadi di permukaan bumi perlu memperhatikan beberapa konsep dasar. Secara garis besar dikenal beberapa konsep dasar dalam studi geomorfologi yang dikemukakan oleh Thornbury (1958) dalam Suprapto (1997: 17) dan Suwijanto (tanpa tahun : 2) adalah sebagai berikut: 
1.     Proses-proses dan hukum fisik yang sama bekerja sekarang, bekerja pula pada waktu geologi yang, walaupun intensitasnya tidak sama seperti sekarang.
2.     Struktur geologi merupakan faktor pengontrol yang dominan dalam evolusi bentuklahan dan struktur geologi dicerminkan oleh bentuklahannya.
3.    Perbedaan muka bumi yang berbeda antara satu dengan yang lain disebabkan karena derajat pembentukannya berbeda pula.
4.     Proses-proses geomorfologi meninggalkan bekas-bekas yang nayata pada bentuklahan dan setiap proses geomorfologi akan membangun suatu karakteristik tertentu pada bentuklahannya (meninggalkan jejak yang spesifik dan dapat dibedakan dengan proses lain secara jelas).
5.     Akibat perbedaan tenaga erosi yang bekerja pada permukaan bumi, maka dihasilkan suatu urutan bentuklahan yang mempunyai karakteristik tertentu pada masing-masing tahap perkembangannya.
6.     Evolusi geomorfik yang kompleks lebih umum terjadi dibandingkan dengan evolusi geomorfik yang sederhana (perkembangan bentuk muka bumi umumnya sangat kompleks/rumit, jarang yang disebabkan oleh proses yang sederhana).
7.     Hanya sedikit saja dari topografi permukaan bumi adalah lebih tua dari zaman Tersier, dan kebanyakan daripadanya tidak lebih dari zaman Pleistosen.
8.     Interpretasi secara tepat terhadap bentanglahan sekarang tidak mungkin dilakukan tanpa memperhatikan perubahan-perubahan iklim dan geologi selama masa Pleistosen (Pengenalan bentanglahan saat sekarang harus memperhatikan proses yang berlangsung pada zaman Pleistosen)
9.     Apresiasi iklim-iklim dunia amat perlu untuk mengetahui secara benar dari berbagai kepentingan di dalam proses-proses geomorfologi yang berbeda (dalam mempelajari bentanglahan secara global/skala dunia, pengetahuan tentang iklim global perlu diperhatikan)
10. Walaupun geomorfologi menekankan terutama pada bentanglahan sekarang, namun untuk mempelajarinya secara maksimal perlu mempelajari sejarah perkembangannya
Di samping konsep dasar tersebut di atas, dalam mempelajari geomorfologi cara dan metode pengamatan perlu pula diperhatikan. Apabila pengamatan dilakukan dari pengamatan lapangan saja, maka informasi yang diperoleh hanya mencakup pengamatan yang sempit (hanya sebatas kemampuan mata memandang), sehingga tidak akan diperoleh gambaran yang luas terhadap bentanglahan yang diamati. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dikakukan beberapa hal: 
 a.  Pengamatan bentanglahan dilakukan dari tempat yang tinggi sehingga diperoleh pandangan yang lebih luas. Namun demikian, cara ini belum banyak membantu dalam mengamati bentanglahan, karena walaupun kita berada pada ketinggian tertentu, kadangkala pandangan tertutup oleh hutan lebat sehingga pandangan terhalang. Kecuali, tempat kita berdiri pada saat pengamatan bentang alam merupakan tempat tertinggi dan tidak ada benda satupun yang menghalangi. Itupun hanya terbatas kepada kemampuan mata memandang.
b.   Pengamatan dilakukan secara tidak langsung di lapangan dengan menggunakan citra pengideraan jauh baik citra foto maupun citra non foto, cara ini dapat melakukan pengamatan yang luas dan cepat.
Istilah Empirik dan Deskriptif Dalam Geomorfologi
Pengetahuan Geomorfologi merupakan ilmu yang relatif muda, karena baru berdiri sendiri pada akhir abad ke 19. Di Indonesia dilihat perkembangannya masih sangat lamban, sehingga tidak lepas dari berbagai kesulitan; salah satu di antaranya adalah mengenai “penggunaan istilah” dalam bahasa Indonesia masih sangat minim lebih banyak istilah-istilah dalam bahasa asing. Harus diakui bahwa hampir semua buku-buku yang digunakan mempelajari Geomorfologi tertulis dalam bahasa asing seperti Belanda, Inggris, Jerman, dan sebagainya.
Istilah-istilah asing yang banyak dipergunakan adalah terutama dalam menguraikan bentuklahan yang tidak terdapat di Indonesia misalnya bentuklahan hasil pengerjaan gletser, bentuklahan di daerah arid dan sebagainya. Dilihat dari segi arti yang terkandung dalam istilah-istilah yang dipergunakan dalam Geomorfologi, dapat digolongkan ke dalam dua jenis Sudarja dan Akub (1977: 11), yaitu:
a)     Istilah empiris (empirical terms)
b)    Istilah deskriptif (descriptive terms)
Istilah-istilah secara empiris dalam menyebutkan dan menjelaskan sesuatu bentukan yang terdapat di alam tanpa memasukkan penjelasan mengenai sifat, ukuran, proses terjadinya dan sebagainya. Sebagai contoh perkataan “dataran”, biasanya digunakan untuk menyebutkan bentuklahan yang relatif lebih datar dari daerah sekitarnya, namun perkataan dataran belum menunjukkan sifat-sifat dataran, bagaimana terbentuknya, tersusun atas material apa dan sebagainya. Istilah dataran secara empiris belum memberikan pengertian yang tuntas kepada yang mendengarnya, karena masih mungkin untuk menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan dataran tersebut. Contoh lain, seperti perkataan “bukit” digunakan untuk menyebutkan bentuklahan yang lebih tinggi dengan daerah yang lain dan tidak terlalu tinggi, namun belum memberikan konsep yang jelas, sehingga perlu pertanyaan lebih lanjut. Lain halnya dengan istilah deskriptif seperti “plateau” yang juga merupakan dataran, tetapi bagi orang yang mempelajarinya sudah mengenal bahwa yang dimaksud di sini adalah dataran tinggi. Demikian juga istilah sand dune, barchan, sama-sama mempunyai pengertian bukit, tatapi istilah yang diberikan telah lebih lengkap dibanding dengan bukit. Istilah sand dune, barchan merupakan timbunan pasir (bukit pasir/sand dune, dan bukit pasir berbentuk sabit/barchan). Berdasarkan apa yang telah dikemuka bahwa dalam mempelajari geomorfologi lebih banyak menggunakan istilah-istilah yang tergolong ke dalam istilah deskriptif yang sering digunakan, namun demikian istilah empiris masih dipergunakan.
Arti Penting Geomorfologi
Pada dasawarsa terkahir ini sudah dimulai tampak arti penting geomorfologi sebagai pendukung ilmu kebumian lainnya dan ilmu yang terkait dalam arti praktisnya. Geomorfologi sebagai ilmu mempunyai arti yang penting, seperti peranannya dalam geografi fisik dan terapannya dalam penelitian. Geomorfologi sudah mulai dimasukkan dalam ke dalam kurikulum pada fakkultas-fakultas seperti Fakultas Pertanian, Teknik, Arkeologi, dan sebagainya serta banyak penelitian-penelitian yang menggunakan pendekatan geomorfologi. Sebagai contohnya adalah penggunaan pendekatan geomorfologi untuk studi bencana alam, kerekayasaan, lingkungan, pemetaan tanah, pemetaan air tanah dan sebagainnya. Namun demikian, geomorfologi dalam pengajaran serta penelitian-penelitian yang bertema fisik yang non geomorfologik, uraian geomorfologi hanya sekedar ilustrasi yang tradisional dan belum dimanfaatkan untuk dasar pengambilan sampel daerah ataupun analisisnya. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal di antaranya adalah kurangnya atau langkanya buku-buku geomorfologi.
Kajian geomorfologikal akan menghasilkan data/informasi yang utama dan pertama dari bentanglahan fisikal yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu maupun terapan praktisnya. Dalam penerapan geomorfologi pada dasarnya banyak diwarnai oleh Verstappen dalam bukunya yang berjudul “Applied Geomorphology (Geomorphological Surveys for Environmental Development)” tahun 1983. Dalam buku tersebut memuat berbagai terapan geomorfologi. Adapun terapan geomorfologi yang dikemukakan oleh Verstappen tersebut adalah meliputi. Peran dan terapan geomorfologi dalam survei dan pemetaan, survei geologi, hidrologi, vegetasi, penggunaan lahan pedesaan, keteknikan, ekplorasi mineral, pengembangan dan perencanaan, analisis medan, banjir, serta bahaya alam disebabkan oleh gaya endogen.
Dari apa yang telah dikemukakan di atas, maka geomorfologi mempunyai peran dan arti yang cukup penting. Karena dalam suatu perencanaan pengemabang wilayah, memerlukan informasi dasar yang menyeluruh baik aspek fisik maupun aspek sosial. Pada aspek fisik geomorfologi dapat memberikan informasi melalui kajian dengan pendekatan geomorfologi. Pendekatan geomorfologi digunakan dalam melakakukan analisis dan klasifikasi medan (terrain analysis and classification) dengan beberapa parameter seperti yang dikemukakan oleh Zuidam, et al (1978 : 9 – 22), dimana pada intinya dalam analisis dan klasifikasi medan dapat dikemukakan sebagai berikut:
a.   Relief/morfologi meliputi bagian lereng, ketinggian, kemiringan lereng, panjang lereng, bentuk lereng, bentuk lembah, dan aspek relief yang lain.
b.   Proses geomorfologi meliputi erosi dan tipe erosi, kecepatan dan daerah yang terpengaruh; banjir yang meliputi tipe, frekuensi, durasi, kedalaman, dan daerah yang terpengaruh; gerakan massa yang meliputi tipe, kecepatan, daerah yang terpengaruh.
c.   Tipe material batuan meliputi batuan induk, material permukaan, kedalaman pelapukan.
d.   Vegetasi dan penggunaan lahan meliputi tipe vegetasi, kepadatan, tipe penggunaan lahan, periode, durasi, dan konservasi.
e.   Air tanah mencakup kelembaban permukaan, kedalaman air tanah, fluktuasi air tanah, dan kualitas air tanah.
f.    Tanah mencakup kedalaman, kandungan humus, tekstur, drainase, dan daerah berbatu.
Berdasarkan apa yang telah dikemukakan di atas, maka geomorfologi memegang peranan yang cukup penting, sebab hasil analisis dan klasifikasinya medan ataupun lahan dapat dimanfatkan untuk berbagai kepentingan. Seperti dalam bidang keteknikan, ekonomi, hidrologi dan lain sebagainya. Berbagai bentuklahan yang ada di permukaan bumi, merupakan bagian kajian dari geomorfologi terutama dan terutama tentang sifat alami, asal mula, proses perkembangan, dan komposisi material penyusunnya. Kaitannya dengan hal tersebut Thornbury (1954) dalam Sutikno (1987: 12) menyatakan bahwa ada lima kelompok terapan geomorfologi, yaitu:
1. Terapan geomorfologi dalam hidrologi, yang membahas hidrologi di daerah karst dan air tanah daerah glasial. Masalah hidrologi di daerah karst dapat diketahui dengan baik apabila geomorfologinya diketahui secara mendalam. Air tanah di daerah glasial tergatung pada tipe endapannya, dan tipe endapan ini dapat lebih mudah didekati dengan geomorfologi.
2.    Terapan geomorfologi dalam geologi ekonomi, yaitu membahas pendekatan geomorfologi untuk menentukan tubuh bijih, jebakan residu, mineral epigenetik, dan endapan bijih.
3.     Terapan geomorfologi dalam keteknikan, aspek keteknikan yang dibahas meliputi jalan raya, penentuan pasir, dan kerakal, pemilihan situs bendungan dan geologi militer. Terapan geomorfologi dalam keteknikan ini semua aspek geomorfologi dipertimbangkan
4.     Terapan geomorfologi dalam ekplorasi minyak, banyak unsur-unsur minyak di AS yang ditentukan dengan pendekatan geomorfologi terutama bentuklahan termasuk topografi, untuk mengenal struktur geologi dalam penentuan terdapatnya kandungan minyak.
5.     Terapan geomorfologi dalam bidang lain, yaitu menyangkut pemetaan tanah, kajian pantai, dan erosi.
Ringkasan
Geomorfologi bukan hanya sekedar mempelajari bentuklahan yang tampak saja, tetapi juga mentafsirkan bagaimana bentuk-bentuk tersebut bisa terjadi, proses apa yang mengakibatkan pembentukan dan perubahan muka bumi. Jadi meliputi bentuklahan (landform), proses-proses yang menyebabkan pembentukan dan perubahan yang dialami oleh setiap bentuklahan yang dijumpai di permukaan bumi termasuk yang terdapat di dasar laut/samudera serta mencari hubungan antara bentuklahan dengan proses-proses dalam tatanan keruangan dan kaitannya dengan lingkungan. Jadi pembahsannya meliputi morfografi, morfometri, proses-proses geomorfologi, morfogenesis, morfokronologi serta mempelajari ekologi bentang lahannya yang tersusun atas batuan, bentuklahan, tanah, vegetasi, penggunaan lahan, dan lain-lain. Dengan demikian bahwa dalam mempelajari geomorfologi terkait pada geologi, fisiografi, dan proses geomorfologi yang menjadi faktor yang tidak dapat diabaikan dalam perubahan bentuklahan.Konsep dasar Geomorfologi perlu dipahami secara baik untuk mempelajari Geomorfologi dalam membantu mengenal dan menganilasa kenampakan bentuklahan di permukaan bumi, sehingga pada akhirnya dapat mengenal peristilahan baik secara deskriptif maupun secara empiris, terutama nanti dalam melakukan klasifikasi bentuklahan.
Geomorfologi mempunyai peran dan terapan dalam survei dan pemetaan, survei geologi, hidrologi, vegetasi, penggunaan lahan pedesaan, keteknikan, ekplorasi mineral, pengembangan dan perencanaan, analisis medan, banjir, serta bahaya alam disebabkan oleh gaya endogen.

Daftar Pustaka
Lobeck, AK. (1939), Geomorphology, An Introduction to the study of Lanscape, New York and London: Mc Graw-Hill Book Company. Inc.
Sudarja Adiwikarta dan Akub Tisnasomantri, (1977), Geomorfologi Jilid I, Bandung: Jurusan Pend. Geografi IKIP Bandung.
Sukmantalya, I Nyoman K, Drs. M.Sc. (1995), Pengenalan Secara Tinjau Geomorfologi dan Terapannya Melalui PJ Untuk Inventarisasi Sumberdaya Lahan, Cibinong: Bakosurtanal.
Suprapto Dibyosaputro, Drs. M.Sc., (1997), Geomorfologi Dasar, Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM.
Sutikno (1987), Geomorfologi Konsep dan Terapannya “Makalah”, Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM.
Suwijanto, Ir., (tanpa tahun), Geomorfologi “Makalah, Kursus Pendalaman Meteri Ilmu Kebumian Bagi Guru SMU Tingkat Regiaonal Jawa Tengah, Kebumen: LIPI UPT Lab. Alam Geologi Karangsambung.
van Zuidam, R.A, dan F.I. van Zuidam Cancelado, 1979. Terrain Analysis And Classification Using Aerial Photographs, International Institute for Aerial Survey and Earth Science (ITC) 350, Boulevard Al Enschede, The Netherlands.
Verstappen, M.Th., 1983. Applied Geomorfology (Geomorphological Surveys for Environmental Development), Amsterdam: Elsevier Science Publishing Company Inc.